MASALAH KEMATIAN IBU DAN PERINATAL DI
INDONESIA
Kematian ibu dan perinatal
merupakan tolok ukur kemampuan pelayanan kesehatan suatu Negara. Di Negara
ASEAN, Indonesia mempunyai angka kematian tertinggi 330/100.000 dan angka
kematianperinatal 420/100.000 persalinan hidup.
AKI bervariasi diberbagai
daerah dengan rentang 330-700/100.000. Angka kematian perinatal dengan cepat
dapat dirasakan penurunannya, tetapi AKI belum banyak terjadi penurunan. Bila
persalinan di Indonesia di perkirakan 5.000.000 per tahun :
·
AKI: 16.000-17.000/tahun. Sepertiga kematian yang disebabkan
abortus terjadi 45-55/hari atau setiap 25-30 menit; sepertiga lainnya atau
6.000 – 7.000 sebagai akibat gugur kandung yang tidak aman dan tidak bersih.
·
AKP: 29.000/tahun atau 2.417/bulan atau 80/hari atausetiap 18
menit.
Kematian ibu dan perinatal
terjadi justru pada pertolongan pertama yang sangat diperlukan, sehingga
sebenarnya masih banyak mempunyai peluang untuk dapat menghindari atau
menurunkannya.
PENYEBAB
KEMATIAN IBU DAN PERINATAL
1. Penyebab langsung :
·
Terjadi
pada kehamilan yang dikehendaki atau tidak
·
Terjadi
komplikasi kehamilan dan persalinan
·
Perdarahan
60 – 70%, perdarahan pasca-partum 4 kali lebih banyak
·
Pre-eklampsia
dan eklampsia dan eklampsia 10-20%
·
Infeksi
10 – 20%, termasuk partus terlantar
·
Lainnya
: emboli air ketuban dan anesthesia
1.
Penyebab
antara :
·
Persalinan
masih didominasi oleh dukun 75-80% dengan akibatnya
·
PUS
ber-KB masih rendah sekitar 55-60%
·
Tidak
ingi ibu hamil, tetapi belum ber-KB
·
Masih
banyak di jumpai terlalu muda/tua untuk hamil, terlalu banyak anak, terlalu
pendek jarak hamil (kurang dua tahun)
·
PUS
dengan KB 60% masih fase transisi dan belum dapat mencapai penurunan
pertumbuhan penduduk (zero
population growth)
·
Pelayanan
gugur kandung illegal oleh dukun mempunyai peranan penting terhadap AKI dan
morbiditas resproduksi
·
Status
kesehatan
1.
Penyebab
kematian tidak langsung :
·
Jangkauan
daerah Indonesia terlalu luas
·
Pelayanan
kesehatan bervariasi
·
System
rujukan belum optimal
·
Biaya
pelayanan kesehatan menjadi mahal
·
Kemiskinan
poleksosbudhankam keluarga.
·
Status
gizi kurang menguntungkan.
·
Anemia
atau kekurangan gizi
·
Hamil
dalam keadaan tidak optimal
·
Keutusan
untuk rujukan terbentuk biaya sehingga terhambat
·
Status
wanita Indonesia sangat rendah
·
Keterlambatan
member pertolongan adekuat :
·
Terlambat
rujukan
·
Terlambat
member pertolongan adekuat
·
Terlambat
mengetahui kegawatan abstetri dan ginekologi
·
Terlambat
menyediakan fasilitas cukup
Memperhatikan
kenyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa perjalanan untuk terjadinya AKI
cukup panjang, yang member peluang untuk melakukan intervensi pelayanan yang
lebih mantap.
Dengan upaya
mengendalikan penyebab tidak langsung maka penyebab langsung AKI terjadi yaitu
pendaraan dan infeksi akan dapat ditekan dan kematian karena preeclampsia dan
eklampsia dapat diturunkan dengan melakukan perawatan antenatal secara intensif
Di Negara maju
kematian ibu disebabkan oleh preeclampsia dan eklampsia atau komplikasi
tindakan opersai termasuk anesthesia. Penyebab utama kematian perinatal adalah
:
1. Penyebab langsung :
·
Persalinan
premature
·
Persalinan
terlantar / dukun
·
Kelainan
kongenital
1. Penyebab tidak langsung :
·
Anemia
dan gizi rendah
·
Factor
infeksi
·
Kerja
saat hamil tua
·
Grandemultipara/jarak
hamil pendek
Persalinan
Preterm
Persalinan
preterm adalah persalinan dengan berat bayi kurang dari 2500 gram dengan organ
– organ vital belum sempurna sehingga mudah terjadi gangguan pernapasan,
gangguan pencernaan makanan, mudah terjadi infeksi dengan akibat AKP tinggi.
Diharapkan
bahwa dengan mengurangi factor stes individu akan dapat mengurangai persalinan
prematuritas, yang merupakan penyebab utama kematian perintal
Persalinan
Terlantar
Dengan makin
meningkatnyapengetahuan dan ekonomi masyarakat, makin menurunkan kejadian “persalinan
terlantar”. Persalinan terlantar merupakan persalinan yang disertai komplikasi
ibu dan janin dalam bentuk rupture uteri imminen, infeksi intrauterine,
asfiksia sampai kematian janin intrauterine, kelelahan ibu menghadapi
persalinan (tampak lelah, dehidrasi, ketuban berampur mekoneum [asfiksia
janin])
Anjuran
persalinan dengan mempergunakan partograf WHO diharapkan memperkecil kejadian
persalinan terlantar (neglected
labour) yang merupakan saat
terakhir pertolongan.
Pertolongan Persalinan oleh Dukun
Dukun kurang
mengetahui mekanisme persalinan dan member pertolongan dengan mekanisme alami
yang bersifat turun tumurun yang mempergunakan kekuatan bila terjadi hambatan
persalinan. Oleh karenanya sering menimbulkan persalinan terlantar dan
komplikasi berat (rupture uteri, pendarahan pascapartus, asfiksia sampai
kematian janin, tidak mengetahui terdapat kelainan letak).
Di Indonesia
persalinan oleh dukun sekitar 70 – 75%, sehingga muncul gagasan menempatkan
bidan di desa untuk menggantikan dukun.
Kekurangan
Gizi Saat Hamil
Kekurangan
gizi menimbulkan anemia gizi dan zat besi yang dapat memengaruhi tumbuh-kembang
janin dalam rahim. Tumbuh-kembang yang kurang akan menmbulkan BBLR, keguguran,
persalinan preterm, tumbuh-kembang system saraf pusat terganggu (IQ rendah).
Dalam upaya menurunkan persalinan preterm yang menyebabkan AKP tinggi, terdapat
“lima langkah” penting untuk perbaikan masyakarat Indonesia :
·
Meningkatkan
gizi ibu hamil.
·
Interval
jarak kehamilan di atas dua tahun
·
Pendidikan
dukun sehingga mempercepat rujukan.
·
Mengurangi
kerja berat menjelang hamil tua.
·
Mengurangi
“stress” internal.
KONSEP
FILISOFI PENURUNAN AKI DAN AKP DI INDONESIA
Keterlambatan
dalam member pertolongan dapat merupakan kunci utama penyebab tingginya AKI dan
AKP. Keterlambatan ini dapat terjadi karena terlambat memutuskan rujukan yang
disebakan oleh kemiskinan dan pengetahuan yang rendah, factor kultur keluarga
dan masyarakat, atau kekurangan saran penunjang, atau dapat terjadi terlambat
dalam perjalanan. Ini mungkin terjadi karena Indonesia memiliki daerah luas dan
kepulauan, distribusi penduduk yang tidak merata, pusat pelayanan kesehatan
tidak merata.
Selain itu
juga dapat terjadi terlambat dalam member pertolongan di pusat kesehatan. Hal
ini dpat terjadi karena kekurangan sarana penunjang, kesiapan member
pertolongan belum memadai, terlambat mengambil keputusan tindakan, terlambat
diterima di pusat pelayanan kesehatan, keadaan umum penderita yang tidak
memungkinkan untuk melakukan tindakan segera, diterima dalam keadaan agonal,
obat-obatan life saving tidak tersedia. Berpegang dengan “lima
langkah” diharapkan dapat menurunkan AKI dan AKP bermakna.
Disamping
itu, di tengah masyarakat dilakukan “Gerakan Sayang Ibu” yang akan dinilai
sebagai hasil pembangunan daerah “kesebelas” pada setiap provinsi di Indonesia.
Di Negara maju, kematian bayi terutama disebabkan kelainan kongenetil sebagai
akibat pengaruh obat-obatan atau merokok dan minuman beralkohol.
Bidan
sebagai tenaga medis terdepan di tengah masyarakat memegang peranan yang sangat
penting untuk dapat member pendidikan masyarakat, sehingga dapat dapat ikut
serta menurunkan AKI dan AKP. Untuk dapat menurunkan AKI dan AKP dapat
dicanangkan pokok upaya, di antaranya asuhan antenatal intersif, meningkatkan
status wanita Indonesia, melaksanakan gerakan keluarga berencana, meningkatkan
system rujukan, mendekatkan pelayanan di tengah masyarakat sebagai upaya
mengatasi factor keterlambatan.
Meningkatkan
Pelaksanaan Asuhan Antenatal
Dengan
melakukian asuhan antenatal sebanyak empat kali sudah dianggap cukup (sekali
setiap semester, dua kali pada semester ketiga). Tujuan pemberian asuhan ini
adalah :
·
Mempersiapkan
kehamilah sehat optimal
·
Mempersiapkan
persalinan aman dan bersih
·
Menentukan
kehamilan dengan risiko
·
Mempersiapkan
kesehatan pascapartus dan laktasi
·
Memberi
KIE atau motivasi keluarga berencana
Selain itu
dilakukan pemberian vaksinasi tetanus toksoid dan mengarahkan persalinan aman
dan bersih. Bila kehamilan berisiko rendah, dapat diatasi secara setempat. Bila
kehamilan dicurigai harus dilakukan rujukan ke rumah sakit.
Meningkatkan
Status Wanita Indonesia
Peningkatan
status wanita dilakukan dengan mempersiapkan perkawinan dan hamil ketika
reproduksi sehat optimal, melakukan pemeriksanaan sebelum hamil dan perkawinan,
meningkatkan gizi saat hamil, laktasi dengan orientasi empat sehat lima
sempurna, mengupayakan agar cukup istirahat terutama hamil tua sehingga mantap
menghadapi persalinan. Status wanita juga dapat ditingkatkan dengan
mempersiapkan keluarga menghadapi masa tua bahagia dan sejahtera. Anak
difasilitasi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan untuk
menghadapi abad ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi.
Melaksanakan
Gerakan Keluarga Berencana
Dengan
gerakan keluarga berencana dapat dipersiapkan hamil sehat optimal umur di atas
20 tahun dan di bawah 35 tahun, menyiapkan jarak kehamilan di atas 2 tahun,
mempersiapkan kemungkinan APM pada kasus tertentu, dan mempergunakan metode KB
efektif.
Selain itu
dilakukan penurunan hamil dengan risiko tinggi sehingga dapat dihindapi
komplikasi hamil dan morbiditas serta mortalitas menurun. Perlu juga dilakukan
peningkatan hubungan antar keluarga lebih harmonis yang dapat dicapai dengan
menerapkan konsep catur warga, sebagai generasi pengganti, meningkatkan
poleksosbudhankam keluarga, dan konsep NKKBS dapat terlaksana, khususnya
perhatian terhadap anak, sehingga mengurangi pengaruh peer group.
Meningkatkan
Sistem Rujukan
Kelambatan
sistem rujukan merupakan salah satu kendala tingginya AKI dan AKP. Dengan
mempercepat keputusan rujukan dapat mengurangi AKI dan AKP karena diterima di
pusat pertolongan dalam keadaan adekuat. Peningkatan sistem rujukan yang tepat
merupakan kendala kerena keadaan geografis Indonesia sangat luas dan berpulau.
Pemerintah harus siap membantu sistem rujukan karena memerlukan tenaga dan
biaya yang tidak sedikit.
Mendekatkan
Pelayanan di Tengah Masyarakat
Pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat dapat diberikan dengan mempersiapkan bidan di desa. Bidan di sini sebagai pengganti dukun beranak.
Bidan dapat melakukan pertolongan persalinan lege artis dengan polindes,
mempercepat proses rujukan kehamilan berisiko tinggi, melaksanakan posyandu
setiap bulan, memberi KIE-motivasi (gerakan KB, gizi sehat, imunisasi ibu /
bay-anak.
Setiap kecamatan
telah memiliki Puskesmas sebagai realisasi mendekatkan pelayanan
medis modern di tengah masyarakat. Puskesmas ini memberi pelayanan POED dan
PONED (memberikan oksitosin, plasenta manual, mempersiapkan asfiksia). Selain
itu puskesmas membantu pelaksanaan “posyandu” di desa terdekat, melakukan
pertolongan persalinan dengan risiko rendah, memberi pendidikan dan kerja sama
dengan “dukun”, mengoordinasi audit AKI dan AKP.
Rumah
sakit kabupaten secara
medis dan ilmu pengetahuan mampu berperan optimal. Kegiatannya membina
Puskesmas di tingkat kabupaten, melaksanakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Rumah
Sakit Sayang Bayi dengan empat spesialis pokok (spesialis bedah, spesialis
anak, spesialis penyakit dalam, spesialis obstetri dan ginekologi) yang
meliputi POED dan PONED, dapat melakukan bedah seksio sesarea darurat atau
berencana dan histerektomo, memberi obat intravenus. Kasus risiko tinggi
ditujuk ke rumah sakit provinsi serta menerima kembali perawatan lanjut. Rumah
sakit kabupaten juga melakukan koordinasi audit AKI dan AKP.
Rumah sakit
provinsi secara medis dan ilmu pengetahuan sebagai top rujukan provinsi yang
membina rumah sakit kabupaten, mampu melakukan semua tindakan medis spesialis,
mengoordinasi audit AKI dan AKP, melaksanakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Rumah
Sakit Sayang Bayi. Rumah sakit ini merupakan top rujukan di tingkat provinsi
dan tangan kanan koordinasi pelayanan kesehatan melalui kewilayahan kesehatan
tingkat provinsi.
Upaya bidan
meningkatkan penerimaan Gerakan Keluarga Berencana dalam arti merencanakan
jumlah anggota keluarga yang dianggap mampu untuk ditanggung oleh kemampuan
sosial ekonomi keluarga, dapat meningkat sumber daya manusia setidaknya dalam
bidang pendidikan. Penerimaan keluarga berencana dalam arti Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) diharapkan dapat menurunkan jumlah ibu
hamil, atau jika hamil dalam kondisi kesehatan jasmani dan rohani optimal
sehingga menurunkan jumlah kematian maternal dan perinatal.
Bidan di
tengah masyarakat sangat menentukan upaya untuk memberikan pelayanan bermutu
dan menyeluruh yang pada saatnya mengganti peranan “dukun” dalam memberi
pertolongan persalinan yang aman dan bersih.
Kunci
keberhasilan Indonesia dalam upaya menurunkan angka kematian maternal dan
perinatal terletak pada peran bidan di daerah pedesanaan, sebagai narasumber
tenaga kesehatan terdepan dalam arti luas sehingga bidan sangat penting diberi
pendidikan IpTekDok yang berkelanjutan, sehingga profesionalisme makin dapat
ditingkatkan.
Demikian
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh bidan dalam ikut serta menurunkan
angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan fenomena puncak gunung es,
karena tidak ada seorang pun dapat mencatan kematian maternak atau perinatal di
tengah jumlah penduduk Indonesia sekitar 215 juta orang. Kemungkinan angka
kematian sekitar 330/100.000 persalinan hidup hanya merupakan perkiraan
perhitungan contoh di berbagai daerah Indonesia.
Tinggi /
rendahnya angka kematian sangat erat hubungannya dengan kesejahteraan
masyarakat dalam arti makan tinggi pendidikan dan pendapatan akan cenderung
untuk makin menerima KB. NKKBS makin tercapai, artinya keluarga cendering ingin
mempunyai jumlah anak yang kecil. Jumlah pertumbuhan penduduk dapat
diperhitungkan dan dikendalikan. Gugur-kandung hanya merupakan suplemen dalam
gerakan keluarga berencana. Pertimbangan keluarga yang cenderung ingin
mempunyai anak sedikit adalah agar dapat mempertahankan kesejahteraannya dalam
arti poleksosbudhankam keluarga.
Keluarga
adalah unit terkecil kehidupan bangsa, negara dan bahkan manusia di atas dunia,
sehingga bila keluarga sudah sejahtera dengan sendirinya masalah
poleksosbudhankamnas (politik, ekonomi, sosial, budaya, ketahanan dan keamanan
nasional) akan makin terjamin. Dengan demikian bidan merupakan figur poleksosbudhankamnas
di tengah masyarakat dan ikut serta menjamin keutuhan bangsa.
Meningkatkan
Sistem Rujukan
Kelambatan
sistem rujukan merupakan salah satu kendala tingginya AKI dan AKP. Dengan
mempercepat keputusan rujukan dapat mengurangi AKI dan AKP karena diterima di
pusat pertolongan dalam keadaan adekuat. Peningkatan sistem rujukan yang tepat
merupakan kendala kerena keadaan geografis Indonesia sangat luas dan berpulau.
Pemerintah harus siap membantu sistem rujukan karena memerlukan tenaga dan
biaya yang tidak sedikit.
Mendekatkan
Pelayanan di Tengah Masyarakat
Pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat dapat diberikan dengan mempersiapkan bidan di desa. Bidan di sini sebagai pengganti dukun
beranak. Bidan dapat melakukan pertolongan persalinan lege artis dengan
polindes, mempercepat proses rujukan kehamilan berisiko tinggi, melaksanakan
posyandu setiap bulan, memberi KIE-motivasi (gerakan KB, gizi sehat, imunisasi
ibu / bay-anak.
Setiap
kecamatan telah memiliki Puskesmas sebagai realisasi mendekatkan pelayanan
medis modern di tengah masyarakat. Puskesmas ini memberi pelayanan POED dan
PONED (memberikan oksitosin, plasenta manual, mempersiapkan asfiksia). Selain
itu puskesmas membantu pelaksanaan “posyandu” di desa terdekat, melakukan
pertolongan persalinan dengan risiko rendah, memberi pendidikan dan kerja sama
dengan “dukun”, mengoordinasi audit AKI dan AKP.
Rumah
sakit kabupaten secara
medis dan ilmu pengetahuan mampu berperan optimal. Kegiatannya membina
Puskesmas di tingkat kabupaten, melaksanakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Rumah
Sakit Sayang Bayi dengan empat spesialis pokok (spesialis bedah, spesialis
anak, spesialis penyakit dalam, spesialis obstetri dan ginekologi) yang
meliputi POED dan PONED, dapat melakukan bedah seksio sesarea darurat atau
berencana dan histerektomo, memberi obat intravenus. Kasus risiko tinggi
ditujuk ke rumah sakit provinsi serta menerima kembali perawatan lanjut. Rumah
sakit kabupaten juga melakukan koordinasi audit AKI dan AKP.
Rumah sakit
provinsi secara medis dan ilmu pengetahuan sebagai top rujukan provinsi yang
membina rumah sakit kabupaten, mampu melakukan semua tindakan medis spesialis,
mengoordinasi audit AKI dan AKP, melaksanakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Rumah
Sakit Sayang Bayi. Rumah sakit ini merupakan top rujukan di tingkat provinsi
dan tangan kanan koordinasi pelayanan kesehatan melalui kewilayahan kesehatan
tingkat provinsi.
Upaya bidan
meningkatkan penerimaan Gerakan Keluarga Berencana dalam arti merencanakan
jumlah anggota keluarga yang dianggap mampu untuk ditanggung oleh kemampuan
sosial ekonomi keluarga, dapat meningkat sumber daya manusia setidaknya dalam
bidang pendidikan. Penerimaan keluarga berencana dalam arti Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) diharapkan dapat menurunkan jumlah ibu
hamil, atau jika hamil dalam kondisi kesehatan jasmani dan rohani optimal
sehingga menurunkan jumlah kematian maternal dan perinatal.
Bidan di
tengah masyarakat sangat menentukan upaya untuk memberikan pelayanan bermutu
dan menyeluruh yang pada saatnya mengganti peranan “dukun” dalam memberi
pertolongan persalinan yang aman dan bersih.
Kunci
keberhasilan Indonesia dalam upaya menurunkan angka kematian maternal dan
perinatal terletak pada peran bidan di daerah pedesanaan, sebagai narasumber
tenaga kesehatan terdepan dalam arti luas sehingga bidan sangat penting diberi
pendidikan IpTekDok yang berkelanjutan, sehingga profesionalisme makin dapat
ditingkatkan.
Demikian
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh bidan dalam ikut serta menurunkan
angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan fenomena puncak gunung es,
karena tidak ada seorang pun dapat mencatan kematian maternak atau perinatal di
tengah jumlah penduduk Indonesia sekitar 215 juta orang. Kemungkinan angka
kematian sekitar 330/100.000 persalinan hidup hanya merupakan perkiraan
perhitungan contoh di berbagai daerah Indonesia.
Tinggi /
rendahnya angka kematian sangat erat hubungannya dengan kesejahteraan
masyarakat dalam arti makan tinggi pendidikan dan pendapatan akan cenderung
untuk makin menerima KB. NKKBS makin tercapai, artinya keluarga cendering ingin
mempunyai jumlah anak yang kecil. Jumlah pertumbuhan penduduk dapat
diperhitungkan dan dikendalikan. Gugur-kandung hanya merupakan suplemen dalam
gerakan keluarga berencana. Pertimbangan keluarga yang cenderung ingin
mempunyai anak sedikit adalah agar dapat mempertahankan kesejahteraannya dalam
arti poleksosbudhankam keluarga.
Keluarga
adalah unit terkecil kehidupan bangsa, negara dan bahkan manusia di atas dunia,
sehingga bila keluarga sudah sejahtera dengan sendirinya masalah
poleksosbudhankamnas (politik, ekonomi, sosial, budaya, ketahanan dan keamanan
nasional) akan makin terjamin. Dengan demikian bidan merupakan figur
poleksosbudhankamnas di tengah masyarakat dan ikut serta menjamin keutuhan bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar